Tepi Laut Pemekasan |
Aku memutuskan untuk jalan-jalan
menikmati suasana malam di kota Pemekasan. Sembari mencari makanan untuk
mengganjal perut yang sudah sedari sore ingin diisi.
Tujuan keduanya aku ingin
membeli rambutan, sejak sore tadi aku memang berkeinginan membelinya namun tak
sempat karena harus buru-buru ke Pantai bersama teman-teman SBS Pemekasan.
Pulangnya pun pada saat adzan magrib telah berkumandang. Berbeda dengan kota Malang
yang toko makanannya serba murah dan melimpah, di Pemekasan rumah makannya
sedikit dan cukup mahal. Sejak di Pemekasan aku belum menyentuh makanan nasi
plus lauknya. Malam hari sejak tiba di terminal aku makan bakso tenis. Rasanya
tenis banget, menggelinding tak jelas. Kuahnya sedikit dan tidak ada mie kuning
dan sayurnya. Namun karena lapar makanan tersebut mudah saja dihabiskan. Besok
paginya saya sarapan pecal nasi. Siangnya rujak cingur, makanan khas daerah
Jawa Timur, tepatnya makanan khas dari Pulau Madura ini. Beruntung aku bisa
memakannya dari daerah asalnya langsung, tapi rasanya tidak terlalu cocok dengan
lidah Melayu ku, lagi-lagi karena lapar mudah saja makanan tersebut tembus di
kerongkongan.
Subhanallah suasana
kota Pemekasan malam hari sangat indah. Dengan berjalan kaki aku menyusuri
jalanan trotoarnya. Terang benderang cahaya lampu dan ramainya suasana malam
menambah semangatku untuk menjelajahi beberapa sudut kota meski dengan berjalan
kaki dan tanpa pemandu jalan. Aku telah memutuskan untuk membeli rambutan dan
beberapa barang menarik yang mungkin cocok dengan keadaan kantong. Paling
penting aku ingin membeli makanan untuk mengisi kekosongan ruang di lambung.
Satu kesalahan kecil yang kelak berakibat besar yang aku lakukan adalah tidak
mencatat atau tepatnya tidak mengingat nama gang tempat aku menginap (kantor
SBS Pemakasan-red). Ini akan menjadi pelajaran penting buat aku di masa
mendatang, hal pertama yang harus dilakukan ketika bertamu di kota lain adalah
menghapal nama gang dan jalan tempat kita menginap. Tapi sudah terlanjur jadi aku
putuskan tetap berjalan menuju tempat menarik untuk disinggahi.
Setelah cukup
lama berjalan, akhirnya tempat yang menjual
rambutan yang aku tuju ada di hadapan. Aku memutuskan berhenti sejenak dan
membeli 2 kilo rambutan. Pasti rambutannya enak, minimal mendekati rasa rambutan
Pontianak. Ternyata dugaanku melesat rasanya cukup asam. Kata penjualnya ini
bukan rambutan Madura tapi rambutan dari Jember. Tapi tetap memberikan sensasi
rasa yang nikmat. Karena aku memang
lapar, lagi-lagi semua makanan di Madura terasa atau dipaksakan menjadi enak
karena aku dalam kondisi lapar dan haus. Jadilah rambutan itu aku makan
ditempat transaksi sambil bertanya beberapa hal yang ingin aku ketahui dari
penjualnya. Biasalah basa-basi mengisi kebekuan komunikasi. Ini penting
dilakukan dimana saja kau berada dan bertemu dengan siapa saja. Bukankah
semakin banyak teman, semakin banyak kenalan semakin luas dunia ini. Asyik ya
dimana-mana punya teman atau minimal jaringan yang bisa memberikan informasi
lengkap tentang kotanya. Semakin banyak tahu kita tentang keadaan kota tersebut
semakin sedikit biaya yang harus kita keluarkan untuk mengelilinginya..
Setelah puas
makan rambutan aku segera melanjutkan perjalanan memutar mencari rumah makan
enak dan murah. Perut sudah tak mau kompromi untuk segera diisi. Lama berjalan menyisari
dan melewati beberapa rumah makan akhirnya saya bertemu dengan rumah makan yang
pas. Tepatnya pas dengan kondisi kantong hehe. Tempat makan yang kupilih ini
terletak dipinggir jalan diatas trotoar didepan rumah penduduk. Sebentar lagi
nyanyian kampoenk tengah pasti akan berhenti. Namun nasi goreng yang ditunggu
cukup lama jadinya. Kerana penjualnya focus ngerjain pesanan dari orang-orang
yang datang sebelumnya. Jadilah aku mesti bersabar sementara perihnya rasa
lapar semakin melilit. Aku putuskan untuk mengganjalnya dengan krupuk-krupuk
yang terpajang manis di depanku. Akhirnya setelah cukup lama menunggu nasi
goreng yang ditunggu datang juga. Rasanya sedikit lebih baik dari makanan yang aku
makan sebelumnya selama di Pemekasan. Namun tetap ada kurangnya, kurang banyak…hehe.
Setelah menuntaskan nasi goreng tersebut aku membeli beberapa kerupuk untuk
teman-teman dikantor. Setelah proses pembayaran selesai aku memutuskan untuk
langsung pulang ke kantor. Saya memasuki gang yang aku yakin gang aku keluar
pertema kalinya setelah sholat magrib tadi. Namun setelah lama berjalan aku
mendapati keanehan masjid yang seharusnya kokoh berdiri di pertengahan gang
yang menjadi petunjuk menuju kantor SBS Pemekasan ternyata tak kunjung nampak
batang hidungnya. Waduh…gawat bisa berabe ni urusannya kalau saya tersesat. Ini
perjalanan pertema lho di kota indah ini. Aku juga tak punya sanak saudara disini
hehe. Dan ternyata hipotesisku benar, aku benar-benar tersesat. Gang yang aku masuki ini
bukan gang yang kulewati saat keluar tadi. Aku memutuskan untuk mencari jalan
yang memungkinkan aku bisa ke gang yang diinginkan. Setelah lama melewati jalan
ini justru aku mendapati gang yang sempit, sepi dan dipenuhi dengan rumpun
bamboo. Pasti ini bukan gang yang aku inginkan. Saya kembali memutar haluan
mencoba peruntungan mencari jalan keluar dari gang yang lain ternyata gang yang
kedua malah semakin sepi, semakin banyak rumpun bamboo, rumah sedikit dan ini
yang cukup menyeramkan, ada kuburannya. Aku tidak cukup berani untuk meneruskan
perjalanan melalui jalan ini. Segera Aku memutuskan untuk kembali ke jalan
pertama yang kulewati. Selanjutnya aku mencoba jalur ketiga yang aku yakini
adalah jalan keluar yang diinginkan. Ternyata jalan ini buntu dan berakhir
lagi-lagi di kuburan. Tiga kali mencari jalan pulang tiga kali berakhir di
kuburan. Karena tak enak dilihat orang jika aku kembali ke jalur sebelumnya
kuputuskan mencari jalur yang lain. Alhamdulillah aku mendapati jalan yang
cukup besar namun kondisinya masih lengang dan masih dipenuhi dengan
rumpun-rumpun bambu. Lagi-lagi saya bertemu kuburan. Subhanallah, suasana hati
semakin tak karuan. Campuran gelisah, resah, takut, dan galau menjadi satu.
Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan? Sudah hampir satu jam aku berputar-putar
disini. Hanya satu orang didunia ini yang aku kabari tentang petualangan sesat ini. Dan akan terus aku
hubungi untuk menemaniku menemukan jalan pulang. Lumayanlah untuk sedikit
mengurangi rasa takut. Setidaknya ada teman bagiku untuk berbagi cerita dan
tentunya bisa menyemangatiku untuk
menemukan jalan keluar. Sementara
mulutku komat-kamit berdoa memohon ampun pada Allah atas dosa yang telah kulakukan.
Aku tak mengabari teman-teman SBS dikantor yang saat itu sedang ada kegiatan.
Alasannya Aku tak mau kisah memalukan ini diketahui mereka. Pasti aku ditertawakan
dan ini akan menjadi headline berita SBS Nasional. Timnas SBS tersesat di
Madura…hehe. Dan aku tidak mau itu terjadi. Intinya aku ingin tak satupun orang
yang tahu bahwa aku tersesat disini. Namun perasaaan takut semakin memuncak.
Jalanan yang kulewati semakin sepi. Mau bertanya kepada orang dimana jalan
pulang, aku tak tahu nama gang kantor
SBS. Kalau prinsipku biasanya malu bertanya sesat dijalan. Tapi kali ini
apa yang mau ditanyakan. Nama gangnya tak tahu. Nama jalannya tak tahu.
Sekarang prinsipnya berubah, sesat bertanya membingungkan semua orang dan akan
mendatangkan malu. Sementara kaki sudah semakin letih untuk dilangkahkan. Tak
terasa sudah satu jam setengah aku menikmati perjalanan tersesat ini.
Tanda-tanda petunjuk tak kunjung datang. Kuburan-kuburan demi kuburan telah
dilewati.
Ya
Allah tunjukkan hamba ke jalan yang lurus. Tunjukkan hamba jalan pulang.
Ditengah kekalutan hati yang semakin bertambah
Alhamdulillah ada secercah sinar di mataku. Sinar itu semakin jelas dan
menunjukkanku jalan yang besar. Hatiku menjadi sedikit gembira. Setidaknya ini
lebih menenangkan. Apalagi di depanku ada kantor polisi. Tapi lagi-lagi aku
malu mengadu disana, aku tak tahu mana
tempat yang harus aku tuju. Alamatnya tak tahu.
Aku memutuskn
untuk menemukan jalan pulang dengan caraku sendiri. Tak ingin bertanya dengan
siapapun. Aku yakin sukses harus dialui dengan usahaku sendiri. Tak akan
bergantung dengan siapapun. Jika ingin sukses aku harus bekerja keras
untuk menggapai apa yang diimpikan. Begitu juga dengan situasi yang aku hadapi
sekarang, jika ingin menemukan jalan pulang. Aku harus berusaha sendiri menemukannya. Ada
dua pilihan jalan . Jalan ke kanan dan kekiri. Saya memilih jalan kekiri. Setelah cukup jauh
melewati jalan besar ini ternyata kondisinya semakin sepi. Hanya ada satu dua
mobil yang lewat. Mungkin ini jalan menuju kabupaten Sumenep. Kuputuskan untuk
memutar haluan. Sementara kaki semakin lelah dan berat untuk dilangkahkan. Mata
semakin kuat ingin ditidurkan. Tapi perjalanan mesti dilanjutkan. Alhamdulillah
setelah cukup lama berjalan, Aku mendapati sebuah pusat keramaian yang pastinya
semua orang di Pamekasan mengetahuinya, “Supermarket Golden”. Aku yakin
perjalanan sesatku berakhir disini. Aku
hanya perlu memikirkan scenario yang akan aku mainkan jika ada yang bertanya.
Kuputuskan untuk duduk tepat diseberang Supermarket Golden dan makan rambutan.
Sementara scenario sudah ada menari-nari di otakku. Mamang becak yang mangkal
di seberang jalan menawariku jasanya. Tapi aku tak berminat. Tak lama hp ku
bergetar.
Ada panggilan masuk dari temanku. Segera kuangkat, ini
peluang.
Teman :
Halo coy gi dimana?
Aku :
Lagi diSupermarket Golden
Teman :
Qt mau pergi ke “Api g Kunjung Padam ,ni. Pe bwt kw disana?
Aku : Jalan-jalan lah, sape tahu ada
barang bagus. Kita’ kesini lah. Saya tunggu ya
Teman :
Ok…tunggu jak disana. Nanti kami kesana
Sardini :
Ok
Telepon ini telah menguatkan
skenarioku. Mereka tidak boleh tahu tentang kisah perjalanan tersesatku. Akupun
memutuskan untuk masuk ke swlayan mencari pembersih muka. Melengkapi penampilan
aktingku agar mereka benar-benar percaya
kalau saya hanya berjalan-jalan disini. Bukan karena sesat hehe. Setelah
membeli pembersih muka aku mencari WC dan membersihkan wajah dan menyisiri
tatanan rambut. Setelah cukup rapi dan panampilan sedikit meyakinkan dari
sebelumnya, aku keluar dari supermarket dan menunggu di post penjagaan. Tak
lama ada sms dari temanku kalau mereka sekarang sedang di warung sate dekat
supermarket Golden. Akupun memutuskan kesana sembari mengisi lagi energi yang
tadinya banyak habis. Alhamdulillah ketemu Nike, Fariq dan Taufik. Mereka
sedang berdiskusi. Melihat kehadiranku mereka tersenyum dan tetap melanjutkan
diskusinya.
Darimana Mr? Tanya Taufik .Mr. dari
supermarket Golden? Kok bisa disini Mr.? Emang tahu jalannya?
Tahu dong, tadi jalan-jalan sambil menikmati kota dan alhamdulilah ketemu
dengan supermarket ini. Jadi berhenti sebentar cari barang, jawabku dengan
ekspresi meyakinkan…
Oo…sip. Semuanya mengangguk paham. Dan akupun tersenyum
penuh kemenangan. Petualangan tersesat hampir dua jam tidak diketahui mereka.
Selanjutnya kami menyantap sate dan rambutan plus kerupuk yang telah
saya beli sebelum tersesat lagi. Setelah makan dan mb Ruru sang bigbos SBS Pamekasan datang, kami pun melanjutkan
perjalanan menuju “Api tak kunjung
Padam”
Sebuah catatan perjalanan yang menegangkan.
Semoga bisa jadi pembelajaran untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya
Pemekasan, Madura
Minggu, 29 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar