-->

searchbox



Minggu, 11 November 2012

Ukhuwah Forever




           
Memori Salam 2011
“Seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW,Siapakah sahabat paling baik bagi kami? Nabi SAW menjawab,”seseorang yang apabila kamu memandangnya,akan teringat kepada Allah SWT,apabila kamu mendengar ucapannya akan bertambah pengetahuanmu tentang islam dan apabila kamu melihat  kelakuannya,kamu teringat kepada hari akhirat”

Membaca hadist diatas membuatku merenung sejenak.Apakah selama hidupku dari dulu hingga kini telah menemukan sahabat yang dicirikan Rasulullah diatas.Aku mencoba mereview kenangan-kenangan persahabatan yang telah tersimpan lama dalam folder otakku.Alhamdulillah ketemu juga akhirnya setelah melalui proses searching yang cukup lama dan melelahkan karena sudah bergiga-giga byte memori kenangan yang ada di folder otakku.Walaupun filenya sudah cukup using karena telah lama tak dibaca tapi pesona isinya tak sedikitpun memudar. Perlahan dan penuh penghayatan kubaca file tentang kisah-kisah persahabatan indah yang pernah kujalani bersama sahabat-sahabatku.Salah satunya adalah kisah perjalanan rihlah (refreshing) kerumah salah seorang sahabat pengurus lembaga dakwah fakultasku,juni 2011 yang lalu.

Setelah lama direncanakan dan gagal beberapa kali akhirnya Rihlah (Refreshing) teman-teman PH (Pengurus Harian) LDSI (Lembaga Dakwah dan Studi Islam) At Tarbawi FKIP UNTAN terealisasi hari minggu,tanggal 5 Juni 2011 di Rasau Jaya, kediaman Ariyanti. Rihlah ini diikuti hampir semua PH,kecuali Ukhti Aisyah dan Ukhti Imas yang memang berhalangan hadir.Perjalanan dari Pontianak dengan menggunakan sepeda motor dimulai pukul 07.15 dan tiba di rumah Ariyanti pukul 08.30.Sebuah perjalanan yang cukup lama dan seru.

Saat tiba disana kami disambut oleh bapak dan ibu ari,setelah itu teman-teman akhwat (cewek) yang terdiri dari Herni,Uci,Maulini,Rini dan Ariyanti sebagai tuan rumah langsung ke dapur (kurang tahu apa aja yang mereka kerjakan),dan kami para ikhwan (laki-laki) yang terdiri dari Catur,Wawan dan aku sendiri tetap di ruang depan  ditemani bapak Ari,mengobrol tentang banyak hal. Tidak lama setelah duduk melepas lelah,datang suguhan goreng pisang made in Mb’Rini. Hemm..bercerita tentang pisang goreng buatan mb Rini,sepertinya ada yang harus dievaluasi terkait rasa dan penyajiannya (hehe...peace mb’ just kidding).

Setelah ngobrol cukup lama  dengan bapaknya Ari,akhirnya kami  keluar melihat suasana yang dingin dan sejuk di sekitar halaman rumah.Melihat pohon-pohon hijau yang rindang,melihat angsa tua yang kaki kanannya tidak bisa digunakan untuk berjalan,bertemu dengan dua anak kambing yang lucu dan jinak,dan pemandangan lainnya. Hemm...bersyukur sekali kami bisa bersilaturahim disini,disambut dengan ramah oleh tuan ramah,dan tentunya suguhan-suguhan makanan yang terus berdatangan  (hehe...dasar tukang makan).Setelah lama menikmati pemandangan disekitar halaman rumah,saya dan teman-teman  yang ikhwan (laki-laki) diminta untuk memanjat kelapa di temani bapak Ari.Sebuah kesempatan yang berharga dan langka untuk menunjukkan dan membuktikan kapasitas saya sebagai orang Teluk Pakedai (sebuah daerah kecamatan,di kabupaten Kubu Raya,Kalimantan Barat) ,yang insya allah punya skill untuk memanjat kelapa (hhe..lebay....).

Setelah mencoba memanjat kelapa yang sebenarnya tidak terlalu tinggi  itu beberapa kali,akhirnya saya menyerah,karena kondisi kelapanya yang licin dan tidak ada pijakan.Kemudian wawan mencoba unjuk gigi,membuktikan kapasitasnya sebagai putra Sungai Bemban asli (orang gunung coy)...ternyata juga tidak jauh lebih baik dari saya. Selanjutnya putra Bengkayang (Catur Wong Jowo,eh salah Catur Wibowo) mencoba peruntungan dan unjuk kebolehan dalam memanjat kelapa,ternyata juga tidak berhasil menaklukkan kelapa yang tingginya kira-kira 2 meter itu.Akhirnya bapak Ari menggunakan cara pamungkas yang insya allah ampuh untuk menjatuhkan beberapa buah kelapa yang nampak tersenyum puas dan bangga karena ketidakberhasilan kami menjatuhkannya.Caranya dengan menggunakan arit yang dipasang pada sebuah bambu panjang yang bagian ujungnya dibelah dua,kemudian pegangan arit dimasukkan kedalam dua belahan bamboo itu,selanjutnya diikat kuat-kuat.Ternyata ada masalah baru,bambunya kurang tinggi untuk mencapai buah kelapa.Solusi akhirnya adalah dengan menggunakan tangga yang dipasang pada batang kelapa.Setelah beberapa kali mencoba,akhirnya satu tandan buah kelapa itu harus menerima kenyataan jatuh  terjerembab ketanah,takluk pada ketajaman arit bapaknya Ari.Kami semua ikut senang dengan kenyataan ini dan semakin bersemangat membantu pak Ari untuk menguliti kelapa yang konon  katanya ‘muda’ ini.

Setelah  10 menit mengupas kelapa,akhirnya kami dapat tugas untuk membedah isi buah kelapanya.Hem...setelah isi kelapa nampak batang hidungnya (he..emang isi kelapa punya hidung),kami mendapati sebuah kenyataan kelapa ini tidak semuda yang kami bayangkan.Isinya terlalu keras untuk diberi gelar ‘kelapa muda’.Tapi karena ini tugas,dengan agak berat hati akhirnya kami kuliti juga isi kelapa ini semampu kami.Namun karena emang keras dan sulit dikuliti akhirnya kami menyerah dan menawarkan ide baru buat teman teman-teman akhwat untuk membuat kue Gamat (kue yang terbuat dari adonan kelapa parut dan tepung ketan)  saja dari kelapa tersebut.Kebetulan juga  tepung ketannya  tersedia dirumah,jadi deh kami dapat tugas baru (memarut kelapa dan mencampurkan adonan kuenya).

Lima belas menit kemudian,parutan kelapa dan adonan kuenya selesai dan siap digoreng dan diproses lebih lanjut (menjadi kue’gamat’ yang enak dan super lezat),kami berharap kami yang menggorengnya,karena kalau teman-teman akhwat yang menggoreng,kejadian pada pisang goreng  terulang kembali (hehe lagi-lagi peace mb’). Tapi sepertinya kami tidak diberi kepercayaan untuk menggorengnya.Ya udah,gak papa.Selanjutnya kami PH yang ikhwan memutuskan  masuk kerumah  menikmati gorengan tempe dan pisang goreng made in mb rini kembali.

Tidak terasa jarum jam menunjukkan pukul 11.58 WIB,kami pun memutuskan untuk sholat berjamaah di masjid Jami’Al-Hidayah,Rasau Jaya. Setelah sholat,punggung ini tidak bisa lagi ditahan untuk tidak direbahkan,disponsori lagi dengan mata yang terasa semakin berat dan sendu untuk tidak dipejamkan.Sekitar lima belas menit kami tertidur,dan terbangun oleh pekikan dahsyat dari “kampoeng tengah” untuk segera diisi.Kami akhirnya memutuskan kembali kerumah Ari,tidak lama setelah duduk dirumah,apa yang kami tunggu tiba,dan dengan agak malu-malu kami pun akhirnya memenuhi hajat dari kampong tengah yang sejak tadi berteriak.Apa yang kami nikmati pukul 12.45 itu merupakan hasil ‘rekayasa rasa’dari teman-teman PH akhwat yang telah bersimbah ‘keringat’ membuatnya dari pagi.Hemm...mudah-mudahan keringatnya tidak masuk ke makanan ya (hehe...peace..peace).Kalau ditanya tentang rasanya (cukup lumayan),untuk calon ummi yang emang kudu harus bisa masak.Kue gamat yang kami nantikan dari tadi ternyata juga sudah bisa langsung dinikmati berbarengan dengan hidangan makan siang,ditambah buah papaya dan dipermanis lagi dengan suguhan air es kelapa’agak tua’ hehe,sedap....sedap.....

Selesai makan siang,agenda selanjutnya adalah melanjutkan tidur yang tidak maksimal di masjid,sambil menunggu cuaca panas terik  diluar kembali mendingin,agar bisa jalan-jalan ke dermaga Rasau. Tapi mata ini tidak bisa diajak kompromi untuk tidur lagi,akhirnya sembari menunggu tibanya waktu ashar kami berdiskusi tentang  rangkaian kegiatan Mukhtamar Tarbawi periode 2010-2011.Banyak ide yang muncul,banyak pendapat kreatif yang hadir (salah satunya ide ‘gerak jalan’ dengan hadiah utama ‘kambing bapak ari’ hehe peace..pak just kidding) dan akhirnya diputuskan untuk rangkaian mukhtamar tarbawi periode 2010-2011 diisi dengan kegiatn; buat anggota aktif tarbawi,pengurus tarbawi,alumni dan masyarakat FKIP.

Tidak terasa diskusi yang panjang terhenti karena riuhnya rintik hujan membasahi bumi.Suaranya mampu mengalahkan nada sopran dan tenor dari mulut-mulut kami.Rintik hujan juga yang membuat mata yang tadinya tidak mau terpejam,perlahan tapi pasti mulai mengendur saraf-sarafnya untuk terkatup teratur.Tapi sebuah sapaan dari mb’ rini mengingatkan tentang tibanya waktu Ashar membuyarkan semangat  tidur kami untuk segera bergegas ke masjid jami’ Al Hidayah.Sesaat setelah kami menginjakkan kaki dipintu masuk masjid,rintik-rintik hujan yang tadinya pelan, mulai menekan kuat rem gasnya untuk berebutan mendarat ke bumi.Mereka tampak berpesta pora dengan bahagianya membasahi bumi.Kami pun segera memenuhi kebutuhan ruhiyah untuk segera menghadap sang khalik.

Setelah sholat ashar sembari menunggu redanya hujan,kami melakukan aktivitas yang berbeda.Wawan tampak asyik dengan tilawahnya.Bowo asyik dengan tidurnya.Dan saya memutuskan untuk ber’FB’ ria.Tapi akhirnya tewas juga ‘dengan kantuk’ yang semakin tangguh menyerang.Tepat jarum jam menunjukkan pukul 16.45 hujan sedikit mereda bersamaan dengan kondis kami yang sudah merapat dipelabuhan ‘kesadaran’ setelah sekian lama berlayar di pulau entah berantah.Jalan becek dan agak berlumpur tidak menyurutkan semangat kami untuk segera kembali ke rumah ari dan melanjutkan perjalanan pulang ke Pontianak.Setibanya di rumah Ari,PH akhwatnya juga sudah bersiap untuk pulang.Sempat kami berdiskusi sebentar melanjutkan pembahasan rangakaian kegiatan mukhtamar,tapi karena waktu yang semakin senja,kami pun memutuskan untuk segera mengakhiri diskusi dan pulang.


Itulah sekelumit kisah tentang suasana rihlah (Refreshing) akhir episode kepengurusan kami di lembaga dakwah Faklutas bulan Juni 2011 yang lalu. Catur, Wawan, Maulini,Ariyanti, Ucu Imas, Mb Rini, Bunda Aisyah, Herni dan, Uci. Terima kasih telah menjadi bagian dari episode persahabatan dalam film kehidupanku.Sebuah episode yang dipenuhi dengan kenangan-kenangan yang tak terlupakan.Kenangan bahagia,duka menjadi satu melebur dalam alunan tembang kenangan di hatiku.Teringat saat kita sering rapat sampai magrib lantaran kesulitan menemukan benang merah dalam permasalahan yang kita diskusikan.Teringat suasana haru saat kita mencarikan solusi buat beberapa teman-teman yang jarang nongol di kegiatan.Teringat suasana evaluasi kepengurusan di agenda tafakur alam saat air mata jatuh menetes tak tertahankan karena merasa ada rukun-rukun persahabatan yang telah kita lalaikan selama ini. Ketika ada yang bermasalah dalam perjalanan persahabatan kita, dulu kita sepakat untuk saling menjadikan sahabat sebagai cermin. Menjadikan sahabat sebagai cermin berarti melihat dengan seksama ,lalu saat kita menemukan hal yang tidak berkenan dihati, kita tahu yang harus dibenahi bukanlah “sang bayang-bayang” namun yang harus dibenahi adalah kita yang sedang mengaca.Yang harus diperbaiki bukan sahabat yang kita temukan celanya, melainkan pribadi kita yang sedang bercermin padanya.

Seperti kehidupan manusia yang selalu diliputi kekurangan dan kelebihan. Begitu pula yang terjadi dalam jalinan persahabatan kita selama ini. Selalu berwarna dan berdinamika. Hari ini berwarna merah, mungkin besok telah berubah menjadi hijau,dan lusanya malah menjadi kuning atau campuran/paduan dari semua warna tersebut.Seperti pelangi,terkadang persahabatan kita berwarna.Ada saatnya kita saling memahami dan adakalanya perbedaan mendatangkan kesedihan. Karakter kita yang berwarna menyebabkan berwarnanya juga suasana persahabatan. Jika persahabatan itu semisal pelangi, mungkin aku biru, engkau merah,dia kuning dan mereka hijau. Kita memiliki keindahan sendiri, tapi semakin sempurna jika mewarna bersama dalam bentuk pelangi ukhuwah. Semoga Allah selalu menguatkan ikatan persaudaraan antara kita.Mari tetap jaga persahabatan kita walau kesibukan menjedakan pertemuan. Walau mungkin kita tak pernah bertemu kembali.

Ukhuwah tidak mengenal kesudahan,ia mengiringimu dalam hidup sebagai penyejuk,menyapamu dalam kesendirian yang melelahkan dan menjagamu tetap dalam senyum. Ukhuwah adalah persaudaraan yang kekal dan ia tak mengenal kejenuhan. Ukhuwah selalu punya sesuatu untuk dibagi, meski hanya sebuah nasehat atau sebait doa yang tidak tampak

Sahabat fillah,Semoga ukhuwah kita abadi,
tidak lekang dimakan masa.
Semoga semangat berdakwah kita membumi.
Semoga amal yang kita lakukan selama ini melangit
Semoga akhir kepengurusan,bukanlah akhir dari masa persahabatan kita.
Sahabatku,dibumi Allah manapun kita kelak berada,
mari kita berjanji untuk selalu ada menjadi solusi dari setiap permasalahan,
penginspirasi untuk semua kebaikan
 dan orang terdepan yang menjadi penyembuh luka-luka kehidupan.
                                                              (Sardini)












Tidak ada komentar: