![]() |
Memori Rihlah Bukit Real 2011 |
Benarkah pendapat seperti
diatas? Saya hanya ingin memberikan penegasan bahwa berpendapat seperti diatas
sebenarnya sangat tidak salah saat umat semuanya sadar
menjalankan syariat agama? Namun sekarang masih banyak kita dapati umat yang
antipati menjalankan ajaran agamanya. Masih banyak orang mengaku Islam tapi tak
pernah patuh menjalankan ajarannya. Lalu kalau banyak orang sholeh yang tergoda
untuk menyepi dan meninggalkan kebisingan dunia, siapa yang akan menyadarkan
orang-orang yang mengaku beragama tapi tak mau menjalankan syariat agamanya
itu? Siapa yang memberikan pencerahan bagi umat yang semangat beribadahnya
memburam? Siapa yang bangkit melawan
tontonan kemaksiatan yang memerihkan mata? Dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Saudaraku, mari hentikan aktivitas menyepi kita. Menyepi
dari urusan umat. Menyepi dari aktivitas dakwah. Sesungguhnya dakwah adaah
urusan kita yang sudah tersinari dengan cahaya hidayah. Mengapa kita berhenti
dari aktivitas mulia ini. Biarlah yang lain berhenti dari aktivitasnya karena
godaan-godaan dunia yang tak mampu dilawannya. Tapi pastikan kau bukan
dibarisan orang-orang yang tergoda itu. Biarlah yang lain menyepi karena virus
merah jambu yang membuat nyali berjuangnya mati. Tapi pastikan itu bukan engkau.
Biarlah yang lain pergi asalkan kau tetap berada dibarisan ini.
Kita amat tahu
godaan-godaan untuk menyepi itu sangat banyak menyapa. Memanggil kita dengan
sangat kerasnya untuk menghampirinya. Tapi jangan pernah tergoda. Keindahan
surga dan kenikmatan bersaudara terlalu sayang untuk kita tinggalkan.
Saudaraku, kenapa
panggilan untuk menyepi itu semakin kuat godaannya? Jawabannya karena kita
telah kehilangan kenikmatan beribadah kepada Allah. Coba periksa tilawah Qur’an
kita. Apakah tilawah itu mampu meresap dalam sanubari kita? Coba cek sholat
kita, apakah sudah kita kerjakan dengan khusyuK? Coba amati sholat dhuha dan
tahajud kita, sudahkah mampu kita kerjakan dengan rutin? Coba cek kedekatan
kita dengan saudara-saudara seperjuangan, semakin renggang atau semakin erat?
Ketika sholat tak mampu
lagi khusyuk, ketika tilawah Qur’an tak lagi menenangkan jiwa. Ketika dhuha dan
Qiyamullail sudah semakin sering ditinggalkan. Ketika kita semakin jauh dari
saudara-saudara seperjuangan. Waspadalah, itulah yang menyebabkan virus untuk
menyepi dari jalan dakwah berkembang biak. Ketika virus-virus keinginan menyepi
itu tak segera dibasmi maka dia akan menjadi penyakit dakwah yang mematikan.
Hampir dapat dipastikan pengidapnya akan meninggalkan jalan menuju surga yang
pernah dilaluinya
selama ini. Ketika
pengidapnya telah berjamaah maka akan dipastikan kapal jemaah dakwah itu akan
hancur berkeping-keping. Selanjutnya kehancuran kapal jemaah dakwah akan
menghancurkan jati diri umat terbaik. Dan hancurnya jati diri umat terbaik akan
menghancurkan kehidupan.
Sesungguhnya
dunia ini belum berakhir karena masih banyak orang beriman yang menjalani aktivitas dakwahnya dengan
penuh keikhlasan dan ketundukan. Regenerasi
orang beriman hanya tercipta dari kemauan para pendakwah mengorbankan waktunya,
hartanyanya dan bahkan hidupnya dalam mengajarkan syariat-syariat Allah. Mari
waqafkan kehidupan kita untuk menghadirkan generasi-generasi orang beriman yang
patuh pada perintah Allah SWT. Jangan tergoda untuk menyepi karena bagi kita
dakwah adalah nafas kehidupan yang membuat
usia hidup kita masih bertahan lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar