-->

searchbox



Kamis, 03 Januari 2013

KISAH NYATA: Dari Anak Punk Hingga ke Pangkuan Tarbiyah


Islamedia - Malam memang gelap, kelam dan menakutkan. Tapi fajar juga akan selalu datang membawa cahaya terang mengusir kegelapan. Orang bijak pernah berkata kepada saya “jika ingin menemui fajar, maka bersiaplah menghadapi malam”.

Kisah ini tertutur dari sahabat saya di kantor. Awalnya saya mengeluhkan tingkah adik bungsu saya yang sulit diatur. Lantaran sibungsu adik saya ini ikut komunitas underground juga komunitas anak punk. Aturan hidup adalah musuh abadi bagi komunitas ini. Ternyata teman sebelah meja saya di kantor itu pernah hidup di komunitas yang sama. “hati-hati akh dengan komunitas itu, kalo sudah masuk komunitas itu segala kemaksiatan menjadi halal dilakukan” saya tidak terlalu terkejut mendengar nasihat itu, karena saya juga mengetahui sedikit banyak tentang aktivitas komunitas ini. “kok antum tau akh?” saya balik tanya ke teman saya itu. “ane dulu pernah akh kecemplung di komunitas itu, jujur akh, ane dulu parah banget, segala kemaksiatan sudah ane lakukan saat itu.”
Saya jadi tertarik untuk menulis kisahnya agar menjadi nasihat dan inspirasi banyak orang. Ia pun bersedia kisah hidupnya dishare dengan catatan tidak mencantumkan nama aslinya.

Dengan mata berkaca-kaca akhirnya jatuh butiran bening dari kedua matanya, ia pun bercerita....

"Dulu, 10 tahun yang lalu namasaya adalah Aleng (anak sl*nk) karena saya dulu sangat fanatik dengan grup band tersebut. Nama yang saya banggakan saat nongkrong dengan teman-teman sekolah ketika di STM jakarta. Bersama anak punk saya bergaul, menikmati kebebasan menurut persepsi saya sendiri. pakaian hitam dengan robek sana sini dengan tambalan yang menjadi seni indah di mata saya. saya kenal dan akhirnya kecemplung ke dunia punk sejak saya kelas 1 SMK di sebuah STM Negeri di kawasan Jakarta Selatan.Namanya juga anak punk, merindukan kebebasan, maka aturan menjadi sangat menjeruji jiwa saya. Sekolah yang penuh dengan aturan sangat membuat saya tidak nyaman dan bermalas-malasan dengan sekolah. Yang saya tahu, ketika sekolah dulu gimana caranya untuk selamat tidak terbunuh. Karena hampir setiap harinya saya tauran Dalam dunia itu, banyak hal sudah saya lakukan. Minum minuman keras mungkin pernah melintas di tenggorokan saya, serta ganti ganti pacar adalah hal yang mengasyikan buat sayadan gaya hidup musik.

Saya Benci Rohis

Satu-satunya organisasi sekolah yang paling saya bencisaat itu adalah Rohis. Organisasi Rohis itu bagi saya adalah musuh. Para aktivis rohis adalah orang-orang bodoh yang tak mau menikmati hidup. Mereka yang sering menghabiskan waktu di mushollah, tilawah qur’an, kajian pekanan/mentoring, kajian bulanan adalah orang – orang aneh di mata saya. Apalagi para wanita dengan jilbab lebarnya, saya benar-benar tidak suka dengan gaya dan penampilan mereka. Walaupun jujur saya katakan anak-anak rohis adalah anak-anak yang berprestasi di sekolah, terjaga tutur katanya. Tapi saya benar-benar tidak suka, mereka dan saya ibarat minyak dan air tak mungkin dapat disatukan.

Saat Allah Membuka Jalan-Nya

Di suatu malam yang cukup larut, entah kenapa saya terpikir tentang perjuangan ibu dan ayah saya. Di malam itu saya mendekati ibu saya yang sedang menjahit baju tetangga saya. Ibu saya hanya seorang penjahit dan ayah saya seorang penjaga gedung perusahaan. Malam itu saya tersentuh perjuangan Ibu yang terus bekerja hingga larut demi menyokong ekonomi keluarga, demi sekolah saya dan adik saya, demi makan kami di pagi, siang dan petang. Saya juga menatap iba pada ayah saya yang kelelahan tertidur pulas di atas tikar yang sudah usang. Tak terasa saya menitikkan air mata. Mungkin air mata itulah yang secara perlahan namun pasti mulai menghapus segala noda hitam di hati saya. Sejak saat itu saya mulai banyak berfikir tentang hidup saya. Saya mulai menyadari kekeliruan saya selama ini, perlahan tapi pasti saya mulai bermetamorfosa menjadi pribadi yang baru.

Lulusan Sekolah

Sebulan setelah peristiwa dramatis itu, kelulusan sekolah pun diumumkan. Bukan hanya kelulusan sekolah, namun juga kelulusan masuk kerja di perusahaan mitra sekolah. Mengejutkan! Saya siswa bandel ternyata diterima bekerja di sebuah perusahaan. Lebih mengejutkan, satu angatan yang diterima bekerja hanya dua orang. Salah satunya adalah saya. Padahal peringkat saya urutan ke 20 dari sekitar 70 siswa saat itu. Allah hendak membuka jalan untuk saya. Saya bersyukur diantara teman-teman yang prestasinya bagus, dan saya yang justru berantakan malah Allah berikan kesempatan lebih dahulu untuk bekerja di perusahaan. Allah  semakin membuka jalan kemudahan untuk saya. Saya semakin terpacu untuk menjadi pribadi baru yang lebih baik lagi.

Mencari Jati Diri

Saya mulai haus dengan sentuhan ruhani. Kerinduan spiritual dan ketenangan jiwa yang hakiki membuat saya mampir di beberapa harokah Islam. Saya pernah ikut Jama’ah tabligh dan sempat khuruj atau keluar rumah dalam rangka dakwah selama tiga hari. Memakai gamis panjang, memakai wangi-wangian merupakan hal baru dalam hidup. Dulu semasa menjadi anak punk, pakaian serba ketat dan robek serta penuh tambalan, bersama JT saya merubah penampilan saya total 180 derajat.

Saat masih bersama JT, saya pun dalam bimbingan gerakan dakwah Tarbiyah. bahkan saya pernah mengikuti acara syiah. Karena waktu itu, dimana ada tabligh akbar saya selalu menghadirinya. Dimana ada poster tabligh akbar bertuliskan nama Rasulullah SAW saya sangat tertarik untuk menghadirinya.

Dan Tarbiyah Menjadi Muara Kerinduan

delapan tahun sudah saya bersama tarbiyah. bersama berjuang dikafilah dakwah, melalui perjuangan metamorfosis diri dari seorang anak punk menjadi aktivis dakwah. Kebahagiaan bersama dakwah jauh melampaui kebahagiaan bersama komunitas anak punk dahulu. Kebencian saya terhadap Rohis menjadi cinta yang siap membela membusungkan dada saat rohis difitnah. Terima kasih tak terbendung untuk Allah yang telah membuka jalan hidup penuh makna bersama dakwah, terima kasih untuk para Murobbi yang telah ikhlas dan penuh kesabaran membimbing saya menjadi manusia yang tak mau lagi menelantarkan hidup dengan sia-sia. Selamat tinggal rock n roll, underground and punk, selamat datang dunia dakwah penuh cinta dan ukhuwah.

Semua tinggal kenangan, mungkin lembaran kertas telah terbakar. Saya takut apakah kejahiliyahan saya akan berdampak pada masa depan saya ketika saya sudah berkeluarga. Apakah istri dan anak-anak saya kelak merupakan cermin dari kejahiliyahan saya ketika itu. Allahu’alam...sembah harap selalu terucap pada sholat-sholat saya saat ini..agar Allah mengampuni dosa-dosa saya di masa lalu, dan menghadiahkan seorang istri dan anak-anak jauh dari kejahiliyahan yang seperti saya lakukan dulu."

Begitulah farhan (bukan nama sebenarnya) menuturkan kisah hidupnya. Saya yang mendengarnya salut dan bangga dengan perjuangan mencari jati dirinya. Saya menahan air mata yang hampir tumpah dari kedua mata saya.

Semoga kisah ini bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk kita semua.

Abu Rafah
(Sumber : islamedia.web.id)

Tidak ada komentar: