-->

searchbox



Rabu, 14 November 2012

Indahnya Pemaknaan Bertahun Baru



1 Muharam adalah pilar kebangkitan peradaban. Saat keputusan hijrah sang Rasul terabadikan sejarah, saat itulah kita memahami bahwa hijrah adalah keputusan yang tepat untuk merubah sejarah. Mekkah yang sudah tak bersahabat lagi dengan dakwah harus ditnggalkan untuk sementara waktu. Memang ini adalah keputusan yang sulit. Meninggalkan tanah kelahiran dengan sejuta kenangannya adalah pertaruhan nuansa hati. Namun ini mesti dijalani. Demi keberlangsungan dakwah. Disaat tekanan datang semakin bertubi-tubi. Disaat Rasulullah kehilangan dua penopang dakwah dan terusir dengan sangat menyakitkan di Thaif. Hijrah adalah solusi terindah yang Allah anugerahkan kepada Rasullullah SAW.


            Madinah adalah lahan baru yang sangat menyambut hadirnya Islam. Madinah adalah tempat kondusif untuk mendirikan peradaban yang akan merubah sejarah. Ya Madinah dan keramahan penduduknya adalah tempat teraman waktu itu untuk menata kembali perjuangan menegakkan diinullah. 13 tahun menyemaikan benih-benih Aqidah di Mekkah telah cukup membuat mereka membarukan semangat dalam menyuarakan kebenaran. Mempertahankan keimanan sehebat apapun ujian. Begitu banyak kisah menakjubkan dari perjalanan para sahabat mempertahankan aqidahnya. Kini dengan ikut hijrahnya Rasulullah ke Madinah, semakin lengkaplah kehidupan mereka. Iman yang telah bersemi indah di Madinah akan bertumbuhan menjadi pohon-pohon keimanan yang menghasilkan manisnya buah ketakwaan.

            Hijrahnya Rasul adalah momentum membangun peradaban. Menciptakan energi baru dalam perjuangan. Hijrah adalah sarana menghimpun kekuatan untuk menaklukkan para penentang dakwah.  Hijrah ketempat yang lapang dan tenang akan mampu menghadirkan kekondusifan perjuangan. Merefresh kembali semangat dan mempersaudarakan kembali kaum muslimin. Ujian seakan-akan telah menemukan limitnya disini. Nyaris tidak ada satupun penentang dakwah kecuali segelintir orang munafik dan Yahudi yang telah terkenal kebobrokan penolakannya terhadap cahaya kebenaran. Tempat yang tenang akan membuat para Sahabat dan Rasulullah dengan mudah meningkatkan kualitas keimanan mereka di hadapan Allah SWT. Mereka bebas beribadah, bermuamalah dan membangun basis pemerintahan . 

            Tidak sampai 10 tahun Madinah menjadi kota yang kuat. Berhasil menundukkan para Yahudi dan mentekuk lututkan para kafir Quraisy. Hijrah telah merubah kaum muslimin yang sebelumnya lemah menjadi kaum yang kuat dan disegani. Hijrah telah membayar lunas getir dan pahitnya perjuangan mempertahankan Aqidah di Mekkah. Kini agama yang dulu tidak diperhitungkan semakin berkembang dan mewarnai peradaban dunia hingga kini dan akan berlanjut beberapa masa kedepan. Tidak ada satupun negeri di dunia ini yang tak mengenal Islam. Bahkan di Indonesia Islam menjadi agama nomor satu dan terbesar di dunia. Peradaban Islam yang dimulai dari merubah bangsa padang pasir yang jahiliyah menjadi bangsa yang cerdas dan memukau sejarah telah diterima oleh dunia. 

Namun harus diakui, peradaban itu mulai meredup beberapae abad belakangan semenjak runtuhnya khilafah Islam di Turki. Islam kini tidak diperhitungkan kembali dalam percaturan politik dunia. Lihatlah dalam setiap sendi kehidupan islam mengalami kemunduran. Dari segi ekonomi, memang umat Islam memiliki negara-negara kaya di Timur Tengah yang sering disebut sebagai negara petrodollar. Namun hampir tak ada negeri muslim yang kaya karena produktifitasnya alias layak disebut negara maju. Maka dari 50 negara kaya dunia non minyak, hampir tak ada negeri muslim disana.Lihat pula di sisi ilmu pengetahuan, ilmuwan-ilmuwan muslim tidak berkontribusi besar lagi untuk kemajuan peradaban manusia sebagaimana zaman Ibnu Sina, dan Ibnu Khaldun cs. Ini bisa dilihat dari persentasi muslim peraih Nobel ilmu pengetahuan.

Lihat pula dalam dunia politik. Lihat contohnya di PBB. Hampir semua perwakilan umat ada dalam meja Dewan Keamanan PBB: AS – Inggris mewakili umat Protestan dunia, Prancis mewakili umat katolik, Rusia mewakili umat atheis (dulu komunisme), dan China mewakili umat Budha-Konghucu. Umat Islam tak kebagian tiket 5 negara paling berkuasa di dunia. Maka wajar keputusan-keputusan politis dunia sering mengabaikan suara dan kondisi umat Islam.

Memang Dewan Keamanan yang dibentuk paska Perang Dunia 2 ini sempat dan sering dianggap tidak adil, tapi mereka tidak bergeming.  Maka kemudian muncul berbagai kompromi seperti agenda menambah jumlah. Tragisnya, kala usul penambahan itu diajukan, yang muncul adalah nama –nama negara India, Jepang, Jerman, dan Brazil. Lucunya masing-masing juga mewakili umat di belakangnya, seperti  India (secara tidak langsung mewakili umat Hindu), Jepang mewakili kaum Shinto, Brazil (katolik) dan Jerman (protestan). Negara muslim tak pernah disebut.

Negara-negara diatas memang tidak dipilih secara primordial. Tapi benar-benar dipilih karena pengaruhnya dalam hubungan internasional. Karena pelaku politik manapun tidak akan menampik pengaruh 5 negara yang disebut diawal, dan 4 negara tambahan tersebut. Artinya? Tak ada satupun negara muslim yang berkatagori berpengaruh di atas muka bumi ini. Sungguh ironis! Padahal ada 52 negara yang mayoritas penduduknya muslim diantara sekitar 200 jumlah negara di dunia. Jumlah kita ¼, tapi kita sangat tidak dianggap. Mengapa?

Semua masalah kembali kepada umat Islam itu sendiri. Mereka terlena dengan keindahan semu dunia. Para penguasa terpasung pikirannya pada upaya mengkayakan negaranya saja. Tak pernah mau peduli dengan urusan negara muslim lainnya. Mereka disibukkkan dengan urusan internal negerinya. Mereka tunduk pada hawa nafsunya menumpukkan urusan dunia didalam batok kepalanya. Jadilah mereka pemimpin dan rakyatnya menjadi negara pecinta dunia. Negara yang mulai mengkotak-kotakkan urusan dunia dan akhirat. Negara memang islam tapi syariat islam tidak secara total dijalankan. Jadilah mereka bangsa pengekor peradaban negara lain. Jadilah mereka negara yang didikte dan tunduk patuh pada negara lain. Dalam sejarahnya umat islam selalu  menjadi kuat karena kekuatan mereka menjalankan syariat agamanya. Begitu pula sebaliknya umat islam akan sangat mudah dihancurkan jjika pemimpin dan rakyatnya terlalu mencintai dunia dan hawa nafsunya.

Untuk kembali menjayakan peradaban islam, sudah sepatutnya kita hijrahkan kembali proses pemaknaan hidup. Hijrahkan kembali tekad kita untuk menjadikan nilai-nilai islam menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Rasulullah telah sukses berhijrah dan meletakkan pilar peradaban yang sangat kuat dan disegani dunia karena penempaan nilai-nilai agama dalam keseharian. Mari kita hijrahkan kembali diri kita pada ajaran agama yang agung ini. Sudah selayaknya tahun baru 1434 ini menjadi momentum terindah kita membangun kembali sisa-sisa kekuatan untuk melanjutkan kejayaan umat ini. Semuanya mesti berbenah . Semuanya mesti berubah menjadi lebih baik. Semuanya mesti berkontribusi. Kalau bukan kita, siapa lagi?


Dapatkan buku berkualitas untuk anak-anak disini.





toko buku online

Tidak ada komentar: