1 Muharam adalah pilar kebangkitan peradaban. Saat
keputusan hijrah sang Rasul terabadikan sejarah, saat itulah kita memahami
bahwa hijrah adalah keputusan yang tepat untuk merubah sejarah. Mekkah yang
sudah tak bersahabat lagi dengan dakwah harus ditnggalkan untuk sementara
waktu. Memang ini adalah keputusan yang sulit. Meninggalkan tanah kelahiran
dengan sejuta kenangannya adalah pertaruhan nuansa hati. Namun ini mesti
dijalani. Demi keberlangsungan dakwah. Disaat tekanan datang semakin
bertubi-tubi. Disaat Rasulullah kehilangan dua penopang dakwah dan terusir
dengan sangat menyakitkan di Thaif. Hijrah adalah solusi terindah yang Allah
anugerahkan kepada Rasullullah SAW.
Madinah adalah lahan baru yang sangat menyambut hadirnya Islam.
Madinah adalah tempat kondusif untuk mendirikan peradaban yang akan merubah
sejarah. Ya Madinah dan keramahan penduduknya adalah tempat teraman waktu itu
untuk menata kembali perjuangan menegakkan diinullah. 13 tahun menyemaikan
benih-benih Aqidah di Mekkah telah cukup membuat mereka membarukan semangat
dalam menyuarakan kebenaran. Mempertahankan keimanan sehebat apapun ujian.
Begitu banyak kisah menakjubkan dari perjalanan para sahabat mempertahankan
aqidahnya. Kini dengan ikut hijrahnya Rasulullah ke Madinah, semakin lengkaplah
kehidupan mereka. Iman yang telah bersemi indah di Madinah akan bertumbuhan
menjadi pohon-pohon keimanan yang menghasilkan manisnya buah ketakwaan.
Hijrahnya Rasul adalah momentum membangun peradaban.
Menciptakan energi baru dalam perjuangan. Hijrah adalah sarana menghimpun
kekuatan untuk menaklukkan para penentang dakwah. Hijrah ketempat yang lapang dan tenang akan
mampu menghadirkan kekondusifan perjuangan. Merefresh kembali semangat dan
mempersaudarakan kembali kaum muslimin. Ujian seakan-akan telah menemukan
limitnya disini. Nyaris tidak ada satupun penentang dakwah kecuali segelintir
orang munafik dan Yahudi yang telah terkenal kebobrokan penolakannya terhadap
cahaya kebenaran. Tempat yang tenang akan membuat para Sahabat dan Rasulullah
dengan mudah meningkatkan kualitas keimanan mereka di hadapan Allah SWT. Mereka
bebas beribadah, bermuamalah dan membangun basis pemerintahan .
Tidak sampai 10 tahun Madinah menjadi kota yang kuat.
Berhasil menundukkan para Yahudi dan mentekuk lututkan para kafir Quraisy.
Hijrah telah merubah kaum muslimin yang sebelumnya lemah menjadi kaum yang kuat
dan disegani. Hijrah telah membayar lunas getir dan pahitnya perjuangan
mempertahankan Aqidah di Mekkah. Kini agama yang dulu tidak diperhitungkan semakin
berkembang dan mewarnai peradaban dunia hingga kini dan akan berlanjut beberapa
masa kedepan. Tidak ada satupun negeri di dunia ini yang tak mengenal Islam.
Bahkan di Indonesia Islam menjadi agama nomor satu dan terbesar di dunia.
Peradaban Islam yang dimulai dari merubah bangsa padang pasir yang jahiliyah
menjadi bangsa yang cerdas dan memukau sejarah telah diterima oleh dunia.
Namun
harus diakui, peradaban itu mulai meredup beberapae abad belakangan semenjak
runtuhnya khilafah Islam di Turki. Islam kini tidak diperhitungkan kembali
dalam percaturan politik dunia. Lihatlah dalam setiap sendi kehidupan islam
mengalami kemunduran. Dari segi ekonomi, memang umat Islam memiliki
negara-negara kaya di Timur Tengah yang sering disebut sebagai negara
petrodollar. Namun hampir tak ada negeri muslim yang kaya karena
produktifitasnya alias layak disebut negara maju. Maka dari 50 negara kaya
dunia non minyak, hampir tak ada negeri muslim disana.Lihat pula di sisi ilmu
pengetahuan, ilmuwan-ilmuwan muslim tidak berkontribusi besar lagi untuk
kemajuan peradaban manusia sebagaimana zaman Ibnu Sina, dan Ibnu Khaldun cs.
Ini bisa dilihat dari persentasi muslim peraih Nobel ilmu pengetahuan.
Lihat
pula dalam dunia politik. Lihat contohnya di PBB. Hampir semua perwakilan umat
ada dalam meja Dewan Keamanan PBB: AS – Inggris mewakili umat Protestan dunia,
Prancis mewakili umat katolik, Rusia mewakili umat atheis (dulu komunisme), dan
China mewakili umat Budha-Konghucu. Umat Islam tak kebagian tiket 5 negara
paling berkuasa di dunia. Maka wajar keputusan-keputusan politis dunia sering
mengabaikan suara dan kondisi umat Islam.
Memang
Dewan Keamanan yang dibentuk paska Perang Dunia 2 ini sempat dan sering
dianggap tidak adil, tapi mereka tidak bergeming. Maka kemudian muncul berbagai kompromi
seperti agenda menambah jumlah. Tragisnya, kala usul penambahan itu diajukan,
yang muncul adalah nama –nama negara India, Jepang, Jerman, dan Brazil. Lucunya
masing-masing juga mewakili umat di belakangnya, seperti India (secara tidak langsung mewakili umat
Hindu), Jepang mewakili kaum Shinto, Brazil (katolik) dan Jerman (protestan).
Negara muslim tak pernah disebut.
Negara-negara
diatas memang tidak dipilih secara primordial. Tapi benar-benar dipilih karena
pengaruhnya dalam hubungan internasional. Karena pelaku politik manapun tidak
akan menampik pengaruh 5 negara yang disebut diawal, dan 4 negara tambahan
tersebut. Artinya? Tak ada satupun negara muslim yang berkatagori berpengaruh
di atas muka bumi ini. Sungguh ironis! Padahal ada 52 negara yang mayoritas
penduduknya muslim diantara sekitar 200 jumlah negara di dunia. Jumlah kita ¼,
tapi kita sangat tidak dianggap. Mengapa?
Semua
masalah kembali kepada umat Islam itu sendiri. Mereka terlena dengan keindahan
semu dunia. Para penguasa terpasung pikirannya pada upaya mengkayakan negaranya
saja. Tak pernah mau peduli dengan urusan negara muslim lainnya. Mereka
disibukkkan dengan urusan internal negerinya. Mereka tunduk pada hawa nafsunya
menumpukkan urusan dunia didalam batok kepalanya. Jadilah mereka pemimpin dan
rakyatnya menjadi negara pecinta dunia. Negara yang mulai mengkotak-kotakkan
urusan dunia dan akhirat. Negara memang islam tapi syariat islam tidak secara
total dijalankan. Jadilah mereka bangsa pengekor peradaban negara lain. Jadilah
mereka negara yang didikte dan tunduk patuh pada negara lain. Dalam sejarahnya
umat islam selalu menjadi kuat karena kekuatan
mereka menjalankan syariat agamanya. Begitu pula sebaliknya umat islam akan
sangat mudah dihancurkan jjika pemimpin dan rakyatnya terlalu mencintai dunia
dan hawa nafsunya.
Untuk
kembali menjayakan peradaban islam, sudah sepatutnya kita hijrahkan kembali
proses pemaknaan hidup. Hijrahkan kembali tekad kita untuk menjadikan
nilai-nilai islam menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan.
Rasulullah telah sukses berhijrah dan meletakkan pilar peradaban yang sangat
kuat dan disegani dunia karena penempaan nilai-nilai agama dalam keseharian.
Mari kita hijrahkan kembali diri kita pada ajaran agama yang agung ini. Sudah
selayaknya tahun baru 1434 ini menjadi momentum terindah kita membangun kembali
sisa-sisa kekuatan untuk melanjutkan kejayaan umat ini. Semuanya mesti berbenah
. Semuanya mesti berubah menjadi lebih baik. Semuanya mesti berkontribusi.
Kalau bukan kita, siapa lagi?
Dapatkan buku berkualitas untuk anak-anak disini.
Dapatkan buku berkualitas untuk anak-anak disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar