Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu
baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah
limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa yang melihat
pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira. Hadiah itu dimakan
oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum.
Biasanya Rasulullah
SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun
limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali
dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta
diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda.
Sahabat-sahabat agak
heran dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya. Dengan tersenyum
Rasulullah SAW menjelaskan “Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu
masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama,
saya bimbang ada di antara kalian yang akan mengenyetkan mata atau memarahi
wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan
semuanya.”
Siapa
di dunia ini yang akhlaknya semulia Rasulullah? Pastinya tidak ada. Beliau
merupakan sosok yang dipenuhi dengan keteladanan mengagumkan. Senantiasa
menjaga perasaan orang lain dari keterlukaan. Meskipun dia harus mengorbankan
perasaannya sendiri. Bukan perkara mudah tetap bisa tersenyum dikala menghadapi
kondisi yang tiada menyenangkan. Bukan hal yang sepele saat kita masih bisa
menampakkan wajah ceria terhadap hal yang tidak kita sukai.
Menjaga
perasaan orang lain adalah seni tersendiri yang harus dipuyai dalam menikmati
kehidupan ini. Tidak bisa dipungkiri dalam proses interaksi kita dengan orang
lain termungkinkan terdapat hal-hal yang tiada kita sukai. Jangan sampai kita
terpedaya oleh godaan nafsu yang cenderung menginginkan kita mengambil sikap
balas menyakiti. Kita dianjurkan bersabar dan menampilkan akhlak mulia. Seperti
kisah Rasulullah atas jeruk yang sangat asam tersebut dapat dimakan sembari
menampilkan senyuman indahnya.
Kita akan menemukan
mutiara terpendam dengan sikap kita yang bersabar dalam menghadapi hal-hal yang
tidak menyenangkan. Kewajiban kita sebagai umat Rasulullah adalah menampilkan
akhlak-akhlak mulia dalam kehidupan yang singkat ini. Semoga dengan sikap mulia
yang menjadi keseharian kita menjadi penyebab hadirnya embun-embun hidayah
dihati banyak orang.
Spesial
untuk sahabat-sahabat semua yang sering terluka hatinya tersebab kata-kata yang
menikam atau gurauan yang memedihkan hati. Maafkan ya, semoga kedepan dalam
interaksi dan komunikasi kita lebih banyak kata-kata mulia yang terucapkan. Walau
kutahu, seperti halnya memaku di
kekayuan, meski telah tercabut paku itu tetaplah meninggalkan bekas yang
teramat sulit hilang. Begitulah ucapan yang menyayat hati yang pernah terucap,
meski telah meminta maaf berulangkali, tetap saja bekas luka tersebab ucapan
itu masih membekas. Tapi tetaplah berikan kemaafan, karena memaafkan itu adalah
sisi lain dari keindahan menakjubkan dari akhlak seorang muslim.
Mungkin
sang korban kata-kata yang meluka bertutur seperti ini!
Untuk
seseorang yang sampai kini kata-katanya dulu pernah sangat melukai hati, dengan
segala cara kucoba menghilangkan igatanku pada kata-kata itu, tapi sampai detik
ini tak pernah mampu aku melupakannya. Bukan kutak berusaha tapi memang belum
bisa. Satu yang pasti aku telah
memaafkanmu dengan sepenuh keikhlasan, semoga ada masanya aku benar-benar bisa
menghilangkan ingatan akan hal itu.Dan saksikanlah aku bukanlah sang pendemdam.
Mari
membenarkan kata-kata dan menjaga terlukanya hati yang sulit menyembuhkannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar