-->

searchbox



Senin, 24 Desember 2012

Menjaga Perasaan, Membenarkan Ucapan


            Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa yang melihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira. Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum.

Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda.


Sahabat-sahabat agak heran dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya. Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan “Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang ada di antara kalian yang akan mengenyetkan mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya.”

            Siapa di dunia ini yang akhlaknya semulia Rasulullah? Pastinya tidak ada. Beliau merupakan sosok yang dipenuhi dengan keteladanan mengagumkan. Senantiasa menjaga perasaan orang lain dari keterlukaan. Meskipun dia harus mengorbankan perasaannya sendiri. Bukan perkara mudah tetap bisa tersenyum dikala menghadapi kondisi yang tiada menyenangkan. Bukan hal yang sepele saat kita masih bisa menampakkan wajah ceria terhadap hal yang tidak kita sukai.

            Menjaga perasaan orang lain adalah seni tersendiri yang harus dipuyai dalam menikmati kehidupan ini. Tidak bisa dipungkiri dalam proses interaksi kita dengan orang lain termungkinkan terdapat hal-hal yang tiada kita sukai. Jangan sampai kita terpedaya oleh godaan nafsu yang cenderung menginginkan kita mengambil sikap balas menyakiti. Kita dianjurkan bersabar dan menampilkan akhlak mulia. Seperti kisah Rasulullah atas jeruk yang sangat asam tersebut dapat dimakan sembari menampilkan senyuman indahnya.

Kita akan menemukan mutiara terpendam dengan sikap kita yang bersabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan. Kewajiban kita sebagai umat Rasulullah adalah menampilkan akhlak-akhlak mulia dalam kehidupan yang singkat ini. Semoga dengan sikap mulia yang menjadi keseharian kita menjadi penyebab hadirnya embun-embun hidayah dihati banyak orang.

Spesial untuk sahabat-sahabat semua yang sering terluka hatinya tersebab kata-kata yang menikam atau gurauan yang memedihkan hati. Maafkan ya, semoga kedepan dalam interaksi dan komunikasi kita lebih banyak kata-kata mulia yang terucapkan. Walau  kutahu, seperti halnya memaku di kekayuan, meski telah tercabut paku itu tetaplah meninggalkan bekas yang teramat sulit hilang. Begitulah ucapan yang menyayat hati yang pernah terucap, meski telah meminta maaf berulangkali, tetap saja bekas luka tersebab ucapan itu masih membekas. Tapi tetaplah berikan kemaafan, karena memaafkan itu adalah sisi lain dari keindahan menakjubkan dari akhlak seorang muslim.

Mungkin sang korban kata-kata yang meluka bertutur seperti ini!

Untuk seseorang yang sampai kini kata-katanya dulu pernah sangat melukai hati, dengan segala cara kucoba menghilangkan igatanku pada kata-kata itu, tapi sampai detik ini tak pernah mampu aku melupakannya. Bukan kutak berusaha tapi memang belum bisa.  Satu yang pasti aku telah memaafkanmu dengan sepenuh keikhlasan, semoga ada masanya aku benar-benar bisa menghilangkan ingatan akan hal itu.Dan saksikanlah aku bukanlah sang pendemdam.

Mari membenarkan kata-kata dan menjaga terlukanya hati yang sulit menyembuhkannya

Tidak ada komentar: